Cerbung Bahagiaku bukan karena dunia

Rumah biru impianku

1:49 AM Eka Mustika @umijourney 0 Comments

Mentari pagi baru menyinari kota kami. Aku harus segera bersiap untuk menyiapkan sarapan anak-anak dan suami. Kututup mushaf dan kusudahi tilawah pagiku. Hari ini aku harus lebih bergegas, karena setelah memasak sarapan semua perlengkapan dapur ini harus kumasukkan ke dalam kardus lalu mengikatnya dengan baik.

Hari ini akhir Mei 2019, sekarang liburan sekolah yang berarti suamiku libur juga. Kami harus segera pindah rumah, karena masa kontrak dirumah ini berakhir hari ini. Alhamdulillah setelah menabung sedikit-demi sedikit dari hasil jualanku dan dan uang private yang dikerjakan mas Arifin kami bisa membeli rumah mungil nan indah tak jauh dari tempat mas Arifin mengajar.

"Assalamualaikum sayang.. lagi ngelamunin aku ya?" tiba-tiba mas Arifin memelukku dari belakang.
"MasyaAllah mas, aku kaget lho. Gimana lari paginya? Senang banget lari, padahal kita mau pindahan entar kecapekan lho mas" seperti biasa celotehanku selalu tanpa henti kalau bersama lelaki lembut ini.
"Ini tanda orang sehat, makin banyak bergerak makin kuat. Tenang aja urusan pindahan insyaAllah aman. Ada beberapa teman nanti yang datang dan ikut membantu. Ratuku santai saja menjaga anak-anak ya" uhh gombalannya selalu membuat meleleh hatiku.

Menikah dengan seorang guru, aku tak menyangga kami akan memiliki rumah kami sendiri. Setelah setiap tahun selalu berpindah kontrakan mulai daru awal menikah hingga anak kami tiga. MasyaAllah nikmat mana yang akan kudustakan.

Awal bulan kemarin mas Ipin sudah mengajakku melihat rumah biru itu. Yang punya pak ustadz di komplek sana. Beliau hijrah ke kampung karena orangtuanya sakit. Jadi kami dapat memiliki rumah ini dengan dicicil kebeliau. Kebetulan mas Ipin dekat dengan pak ustadz karena selalu berjumpa saat sholat berjamaah pada jam sekolah.

Kami akan segera pindah. Tentu saja aku bahagia. Terbayang aku bisa menanam banyak bunga nanti dirumah ini. Karena dulu setiap aku ingin menanam bunga mas Ipin selalu bilang "jangan banyak-banyak nanti pindahan lagi sedih lho ga bisa dibawa semua". Jadilah kutahan hobi menanam bungaku sambil berdoa semoga kelak dirumah kami sendiri aku bisa menanam banyak bunga.

Hari hampir dzuhur saat pick up yang membawa barang sampai dirumah baru kami. Dimasjid sudah terdengar suara mengaji. Suamiku menurunkanku dan anak-anak tepat didepan rumah. Beberapa tetangga sudah ada yang mulai mengintip.

Saat suamiku membukakan helm ku karena aku masih menggendong anak kami yang tertidur dimotor tadi, Tiba-tiba terdengar suara salam dari rumah besar diseberang rumah kami.

Suamiku bergegas menjawab salam dan menoleh llau berbisik padaku "wah ada pak haji, kamu masuk dulu ya sayang"

Karena tidak melihat orangnya dibayanganku pak haji adalah pria tua dengan jenggot putih dan kopiah tapi suaranya tidak seperti tua. Akh sudahlah, bergegas aku masuk kerumah sambil menggendong bayiku. Lah aku lupa rumah ini masih kosong, lalu aku keluar lagi dan mendekati suamiku yang sedang berbicara dengan pak haji tetangga baru kami.
"Sayang ini pak haji depan sini rumahnya, beliau dan pak ustadz sering ngobrol sama mas dimasjid" suamiku bersemangat mengenalkan teman masjidnya yang sudah jadi tetangga sah kami.

Pak haji yang membelakangiku pun menoleh dan terseyum. Lalu tiba-tiba senyumnya hilang. Akupun membalas tersenyum dan bergegas membisiki mas Arifin, "mas tanganku pegel, boleh gak tikar duluan diturunkan dari pick up nya".  Kau berbicara tanpa mempedulikan pak haji yang jadi membisu. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang tanpa alasan. Pak haji itu memandangiku dengan wajah kaget dan shock. Aku mulai tak nyaman dan segera pamit duluan sambil mengkode mas Arifin untuk mengambil tikar.

Ada apakah kenapa pak haji itu, kenapa dia seolah tak asing. Namun aku tak ingat dimana berjumpa dengannya. Pak haji yang tadi kubayangkan tua ternyata sebaliknya. Mungkin hanya berbeda beberapa tahun dari mas Arifin.  Dan kenapa jantungku tiba-tiba berdebar kuat.


Note:

yuhuu alhamdulillah akhirnya part1 selesai. Huhuhu ada apa dengan pak haji yak

You Might Also Like

0 comments: