Cerbung Bahagiaku bukan karena dunia

Dia Wanita Impianku..

4:41 AM Eka Mustika @umijourney 0 Comments

Hari ini melelahkan sekali. Entah kenapa supplier begitu banyak yang telat. Padahal sedang liburan sekolah dan pasar ramai sekali. Hari inj aku tiba-tiba ingin pulang lebih cepat. Mungkin dengan beristirahat setelah dzuhur aku bisa kembali lebih segar.

Sampai didepan rumah ternyata ada pick up yang berhenti dan menghalangiku mamasuki parkiran rumah. Waduh apalagi ini. Sepertinya niatku untuk istirahat akan tertunda. Sambil bergegas turun kulihat ada motor yang ikut berhenti dibelakang pick up. Oh sepertinya pak Arifin.
"Assalamualaikum pak, wah hari ini ya pindahannya, barakallah ya pak" kesalku jadi hilang karena ternyata itu pak Arifin, kulihat sekilas istrinya bergegas masuk menggendong anaknya.

Pak Arifin adalah sahabatku berbincang setiap selesai ashar dimasjid bersama pak ustadz. Beliau guru di sekolah belakang masjid perumahan kami. Sekarang pak ustadz sudah pulang kampung. Beliau butuh uang dan menjual rumahnya ini, aku tau pak Arifin sangat ingin memilki rumahnya sendiri tetapi sebagai seorang guru aku paham dia akan kesulitan. Jadi rumah ini kubeli cash dari pak ustadz dan minta pak ustadz diam-diam menjual bertahap kepada pak Arifin. Aku tak akan kekurangan sahabat lagi di masjid. Sekarang pak Arifin akan bisa ngobrol denganku mulai subuh hingga isya.

"Waalaikumsalam pak Jamil, masyaAllah alhamdulillah kita sekarang jadi tetangga ya pak. Semoga banyak keberkahan dengan kita bertetangga ya pak, itu istri saya baru saja masuk tau gitu tadi diajak menyapa bapak dulu" suara pak Arifin membuyarkan ingatanku.

Tiba-tiba kudengar suara lembut wanita memanggil pak Arifin kutolehkan badan dan melihatnya. Seketika badanku membeku. Lidahku kelu ingin menyapa. Ya Allah.. apakah rencanaMu.  Wanita ini.. dia wanita impianku yang 13tahun lalu yang kulamar melalui ayah ibunya dan seminggu kemudian ayahnya mengatakan tidak. Dia sepertinya tidak mengingatku sama sekali, dan dia masih seperti 13tahun yang lalu.

"Maaf ya pak Jamil, saya mengurus barang-barang dulu. Semoga nanti malam kita bisa ngobrol santai lagi." pak Arifin pamit mengikuti wanita yang dipanggilnya sayang itu.

Hatiku semakin tak tenang, wanita itu benar-bebar tak mengingatku kah? Tidak ingat sama sekalikah? Ya Allah... apakah rencana dalam kitabmu, rumah itu kubayar untuk kedua sahabatku agar mudah urusan masing-masing mereka, namun malah membawa luka lamaku terbuka. Astagfirullah.

Setelah sholat dzuhur aku tak sabar mencari pak Arifin untuk menanyakan nama istrinya. Aku berharap hanya wanita itu hanya mirip, bukan wanita impianku yang dibawa pindah oleh sahabatku namun dengan menggandeng 3orang anak. Ternyata pak Arifin sudah pulang duluan. Setrlah rawatib tak bisa kujumpai dia. Mungkin dia ingin segera merapikan barang-barang pindahannya.

Setelah isya pak Arifin tak juga kujumpai, akh sudahlah aku ingin menyiapkan makan malamku. Istriku sepertinya belum pulang, entah apa yang kurang dirumah ini tetapi selalu banyak kegiatan diluar sana yang membuatnya sibuk. Kedua putri kami juga sudah di pesantren, akh rumah ini terasa semakin sepi. Sambil mencuci tangan kulihat rumah pak Arifin riuh dengan tawa anak-anaknya yang membersihkan teras. Istrinya sesekali mencolek pak Arifin dengan malu-malu . Kenapa pula ruang makan ini harus menghadap kedepan sana? Tiba-tiba ingin kurutuki arsitek rumah ini. Setelah selesai makan aku ingin segera berbaring.  Lelahku dari siang semakin bertambah rasanya.

Jamil..kuatkan hatimu. Masa lalu itu untuk dilupakan. Bukan untuk kau jadikan ratapan. Seorang muslim tak boleh berandai-andai Jamil. Tiba-tiba fikiranku melayang mengingat 13tahun yang lalu. Kulihat lewat didepan kios abangku seorang gadis sederhana yang menggandeng ibunya.
"Ibu mau sarapan apa? Kita sarapan soto yuk, biar ibu semangat." Kulihat gadis it berkata lembut sambil tersenyum riang menuju warung soto.

"Bang, aku mau sarapan dulu ya." Aku pamit ke abangku sebelum dia mencariku yang meninggalkan tokonya. Menjelang idul adha begini orang akan semakin ramai belanja. Tapi tiba-tiba akupun ingin makan soto. Bergegas aku memasuki warung soto yang sama. Gadis itu bersama ibunya duduk didekat penjual sotonya.
"Eh nak Jamil, mau sarapan juga ya." bu Diah yang ramah itu tentu saja akan menyapaku duluan.
"Iya bu, tumben bu sarapan disini? Biasanya makan di kios ibu" Basa basiku dimulai.
"Iya nak, ini Fatimah baru pulang dari Semarang, kebetulan dia sudah selesai kuliah jadi ibu sarapan bareng dulu. Rindu makan soto disini dia, tapi suka jadiin ibu alasannya" bu Diah bicara sambil melirik anaknya yang tersenyum. Akh masyaAllah kenapa manis sekali. Selama sarapan kudengar dia tak henti bercerita dengan ibunya. Selalu tersenyum dan sesekali tertawa, sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Sudah beberapa bulan idul adha lewat. Setiap pulang sholat selalu kusempatkan menyapa bu Diah atau pak Musa. Kebetulan warungnya di depan masjid pasar ini. Sambil berharap ada anak gadisnya di kios mereka. Tapi tak pernah kujumpai.

Tiba-tiba pagiku seperti disinari mentari yang terang. Fatimah belanja ke toko abangku.
"Bang, saya mau beli beras sekarung, minyak goreng 5kilo dan beberapa tambahan yang lainnya. Ini catatan dari ibu. Ibu saya yang.."
"Oh oke siap, bu diah kan? Pesanan bu Diah kan? Bu Diah depan masjid kan?" seketika kenapa mulutku seperti mercon yang meledak seperti hatiku.
"Eh iya, kok tau" Fatimah sepertinya kaget plus bingung dengan semangat berlebihanku.

Akh kamu tidak tau saja, setiap hari saya rela menjaga toko ini demi menunggu kamu lewat. Padahal bang Jamal sudah lma memintaku untuk membuka tokoku sendiri. Tapi aku tak akan membuka toko baru tanpa nyonya toko sepertimu Fatimah. Hatiku rasanya ingin melompat karena gembira.

"Terimakasih bang, tapi ini apa bisa diantar sore ini bang? Kata ibu.."
"Siap bisa pasti bisa. Pasti diantar tenang saja ya." aduhh kenapa mulutku tidak bisa di rem menunggu dia selesai bicara. Setelah membayar diapun segera pergi.
"Eh fat hmm maksud saya mba eh dek, ada nomor hape nya gak? Takut nanti dirumah tidak ada orang." hampir saja tersebut namanya.
"Gak usah bang, bapak dan ibu pasti dirumah kok. Saya permisi"

Fatimah... andai kau tau bermalam-malam aku tak bisa tidur, andai kau tau aku berbulan-bulan menunggu mu lewat bersama ibumu. Juga andai kau tau bahwa setiap sholatku meminda Allah jodohkan kau denganku.

Sepertinya tidak bisa kutunda lagi, aku ingin segera melamarmu. Aku tak ingin keduluan siapapun. Harus


You Might Also Like

0 comments: